Pendidikan vs Kepatuhan: Apa Sebenarnya Tujuan Sekolah Selama Ini?

Pendidikan vs Kepatuhan: Apa Sebenarnya Tujuan Sekolah Selama Ini?

Sekolah secara umum dipahami sebagai institusi pendidikan, tempat anak-anak menimba ilmu, mengembangkan bakat, dan belajar menjadi warga negara yang baik. Namun dalam praktiknya, tidak sedikit yang mulai mempertanyakan fungsi asli sekolah. Apakah benar sekolah hadir untuk mendidik, atau diam-diam lebih fokus untuk membentuk kepatuhan?

Pertanyaan ini muncul dari banyaknya pengalaman siswa yang merasa bahwa sekolah lebih menekankan pada aturan daripada pembelajaran yang bermakna. slot depo qris Dari seragam yang harus identik hingga cara duduk yang tak boleh berubah, dari kurikulum yang kaku hingga sistem nilai yang hanya menilai hafalan—semua seolah membentuk sistem yang lebih mirip pabrik disiplin daripada ruang eksplorasi intelektual.

Sejarah Sekolah dan Warisan Industri

Jika ditilik dari sejarahnya, sistem sekolah modern memang banyak dipengaruhi oleh revolusi industri. Pada masa itu, sekolah dibentuk untuk mempersiapkan anak-anak memasuki dunia kerja—terutama pabrik—yang menuntut keteraturan, ketepatan waktu, dan kepatuhan terhadap perintah. Tidak heran jika hingga hari ini banyak sistem sekolah masih meniru pola tersebut: bel masuk, bel istirahat, baris sebelum masuk kelas, bahkan penilaian standar yang mirip dengan target produksi.

Alih-alih menjadi ruang bebas berpikir, sekolah justru menjadi tempat di mana kreativitas sering kali ditekan demi keteraturan. Anak yang banyak bertanya kadang dianggap mengganggu, dan mereka yang menolak mengikuti aturan justru dicap sebagai “bermasalah” meskipun menunjukkan kemampuan berpikir kritis yang tajam.

Kepatuhan Lebih Diutamakan daripada Pemahaman

Dalam banyak kasus, nilai seorang siswa lebih ditentukan oleh seberapa patuh ia terhadap sistem, bukan seberapa dalam ia memahami materi. Misalnya, siswa yang mengerjakan tugas tepat waktu dan mengikuti semua aturan bisa mendapatkan nilai tinggi, meskipun pemahamannya biasa saja. Sementara itu, siswa yang kreatif namun lambat dalam mengikuti format baku bisa tertinggal, meski pemikirannya orisinal dan dalam.

Model ini mengirim pesan tersirat: menjadi sukses di sekolah bukan soal berpikir, tapi soal mengikuti perintah. Secara tidak langsung, sistem ini membentuk mentalitas yang tunduk tanpa dipertanyakan. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menghambat lahirnya generasi yang kritis dan berani mengambil keputusan sendiri.

Pendidikan Seharusnya Memberdayakan, Bukan Mengendalikan

Jika melihat esensi dari pendidikan, mestinya ia menjadi proses yang memberdayakan manusia. Pendidikan seharusnya membuka ruang untuk berpikir, merenung, berdialog, dan membentuk pandangan dunia yang lebih luas. Namun, ketika pendidikan terlalu fokus pada struktur dan pengawasan, ia bisa bergeser menjadi alat pengendali sosial yang hanya mencetak individu yang seragam.

Kepatuhan memang penting dalam konteks tertentu, terutama untuk hidup bersama secara tertib. Namun, jika kepatuhan menjadi tujuan utama, dan bukan pemahaman atau pemaknaan, maka pendidikan kehilangan jiwanya. Ia menjadi kosong dari nilai, meski padat dengan aturan.

Kesimpulan

Pertanyaan tentang apa sebenarnya tujuan sekolah selama ini adalah pertanyaan tentang makna pendidikan itu sendiri. Apakah sekolah bertujuan menciptakan manusia yang berpikir, atau hanya manusia yang patuh? Sejauh ini, banyak sistem pendidikan lebih menekankan pada kepatuhan daripada pemberdayaan. Hal ini patut dikaji ulang, karena pendidikan seharusnya menjadi jalan menuju kebebasan berpikir, bukan sekadar tempat melatih keteraturan.

Leave a Reply